Strategi Keuangan untuk Meningkatkan Penghasilan dan Mengontrol Pengeluaran



Santri Gaptek --- Kalian tahu Mike Tyson, kan? Dia adalah salah satu juara dunia dalam olahraga tinju. Selama kariernya, dia menghasilkan setidaknya 300 juta dolar, yang kalau dirupiahkan sekitar 4,5 triliun. Namun, Mike Tyson pernah menyatakan kebangkrutan dan memiliki utang sekitar 30 juta dolar, atau sekitar 450 miliar rupiah.

Kenapa bisa begitu? Inilah yang akan kita bahas dalam artikel Kang Santri hari ini. Jika kamu tidak belajar dari hal ini, maka kamu berpotensi mengalami hal serupa. Bayangkan saja, kamu punya penghasilan 4,5 triliun, tapi semua itu hilang. Gagal mengelola uang sama saja dengan menjerumuskan diri ke kemiskinan, meskipun kamu bisa menghasilkan uang sebanyak-banyaknya.

Sekarang, saya tanya: menurut kalian, uang itu apa? Apakah uang hanya sekadar sesuatu yang datang dan langsung kamu habiskan? Atau, apakah uang adalah sesuatu yang harus kamu jaga dengan baik? Sebelum kamu belajar mencari uang, kamu harus paham apa arti uang bagimu dan bagaimana cara mengelolanya.

Percuma saja kalau kamu punya penghasilan 20 juta per bulan, tapi di akhir bulan tidak ada yang tersisa untuk menunjukkan hasil dari penghasilanmu. Jadi, hari ini kita akan belajar bagaimana memperlakukan uang dengan baik, sesuai dengan filosofi channel ini. Ilmu ini tidak diajarkan di sekolah maupun kuliah, tetapi sangat penting untuk kehidupan.

Mari kita mulai dengan pertanyaan sederhana: apa arti uang bagimu? Saat kamu belanja di Shopee atau menerima gaji setelah bekerja, apa sebenarnya arti uang dalam kedua transaksi itu? Uang adalah media—alat pertukaran yang memfasilitasi pembelian, penjualan, dan pertukaran barang. Menurut saya, uang juga adalah nilai atau value.


Misalnya, di antara banyak warung nasi Padang, ada yang harganya 10 ribu hingga 75 ribu per porsi. Warung yang kamu pilih mencerminkan nilai yang kamu berikan pada makanan itu. Kalau kamu membeli nasi Padang seharga 17 ribu, berarti menurutmu nilai nasi Padang yang layak adalah 17 ribu. Begitu pula dengan pilihanmu terhadap barang dan jasa lainnya.

Kenapa memahami konsep ini penting? Karena setiap keputusan yang kamu ambil dengan uangmu mencerminkan penilaianmu terhadap nilai. Sayangnya, banyak orang tidak menyadari hal ini. Mereka hidup dari gaji ke gaji, memiliki banyak utang, atau kecanduan hal-hal tidak bermutu, seperti judi online.


Sekarang, saya tanya lagi: bagaimana hubunganmu dengan uang? Kebanyakan dari kita, termasuk saya, memiliki hubungan sederhana dengan uang—masuk ke dompet, lalu perlahan habis. Misalnya, jika penghasilanmu 4 juta per bulan dan kamu sudah bekerja selama tiga tahun, berarti total penghasilanmu adalah 144 juta.

Tapi, dari total itu, berapa yang masih kamu pegang sekarang? Jika sedikit, berarti masalahnya ada pada konsumsi atau pengeluaranmu. Pada tahun 2017, sekitar 78% warga Amerika hidup dari gaji ke gaji. Saya rasa, persentasenya di Indonesia pun kurang lebih sama. Kalau kamu juga hidup seperti itu, maka langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah belajar mengontrol konsumsi atau pengeluaranmu. Jangan sampai kamu berakhir seperti Mike Tyson.

Sebesar apa pun penghasilanmu, kalau manajemen uangmu buruk, semuanya akan habis. Contohnya seperti Mike Tyson tadi. Ketika dia ingin makan nasi Padang, yang harganya normal 10 ribu sampai 75 ribu, dia malah mencari yang harganya 300 ribu. Kebiasaan seperti itu mencerminkan pola konsumsi yang berlebihan, dan hasilnya sangat berbahaya bagi keuangan. Apalagi bagi mereka yang kecanduan judi, seperti slot online.

Awalnya, mereka mungkin hanya menyisihkan 200 ribu atau 400 ribu dari penghasilan 4 juta. Namun, lama-kelamaan jumlah itu terus meningkat hingga mencapai 2 juta—setengah dari penghasilan mereka. Gila, bukan?


Selanjutnya, kita akan membahas tentang sebuah jebakan keuangan yang pasti pernah atau akan dialami oleh kita semua: jebakan uang. Jebakan ini mirip seperti lintasan lari berbentuk lingkaran—kita terus berlari, tapi hanya berputar-putar di tempat, tanpa hasil. Sebagian besar dari kita bekerja lima hari dalam seminggu, menerima gaji sebulan sekali. Namun, apa yang terjadi ketika gajian? Uang itu masuk ke rekening, dan dalam sehari hampir habis. Entah untuk membayar kebutuhan, gaya hidup berlebihan, cicilan, atau bahkan hal paling konyol seperti judi slot.

Bayangkan, tanggal 1 uang 4 juta masuk, tapi tanggal 3 yang tersisa hanya 1 juta. Dan itu harus cukup untuk sebulan penuh. Kita terus mengulang pola ini, bulan demi bulan, bahkan bertahun-tahun. Hidup seperti ini tidak hanya melelahkan secara fisik, tetapi juga menguras mental.

Mengapa saya mengibaratkan situasi ini seperti lintasan lari? Karena, seperti berlari, stamina kita terbatas. Mungkin baru tiga putaran, kita sudah lelah, jatuh sakit, atau bahkan kehilangan pekerjaan. Jika sudah begitu, apa yang bisa dilakukan? Ada yang masih memaksakan diri, seperti mengambil cicilan mobil selama 5 tahun atau rumah dengan DP besar untuk 15 tahun. Tetapi, jika stamina mental dan fisikmu tidak kuat, kamu akan ambruk di tengah jalan.

Bahkan jika tubuhmu tahan banting dan staminamu luar biasa, pertanyaannya: apakah kamu yakin mentalmu bisa tetap sehat setelah 100 putaran? Inilah kenyataan yang sering dialami oleh banyak orang tua kita, khususnya dari golongan menengah ke bawah. Contohnya adalah pengalaman ayah saya sendiri.

Beliau mulai bekerja sebagai tentara sejak usia muda, setelah lulus SMP. Karena masuk dari jalur tamtama dengan pangkat awal prajurit, beliau kesulitan untuk naik menjadi bintara, apalagi perwira. Menurut cerita beliau, zaman dulu, untuk naik pangkat ada dua cara: pertama, melalui prestasi, seperti ikut serta dalam perang; kedua, menyuap komandan agar bisa disekolahkan ke jenjang bintara atau perwira. Pada masa itu, korupsi dan nepotisme masih sangat kuat, sehingga peluang untuk maju secara adil hampir tidak ada.

Selain itu, untuk menaikkan pangkat secara normal, Bapak saya hanya perlu menunggu waktu 4-5 tahun, dan itu pun dengan syarat tertentu. Namun, karena Bapak saya memiliki anak dan beliau seorang family man, opsi kedua sangat tidak mungkin. Uang yang beliau dapatkan lebih diprioritaskan untuk keluarga. Oleh karena itu, untuk naik pangkat, Bapak saya sering berangkat perang. Lama-kelamaan, hal ini berdampak pada kestabilan psikisnya. Ketidakstabilan ini menyebabkan saya di masa kecil sering mendapat kekerasan.

Kalian yang anak tentara atau polisi pasti pernah mengalami hal serupa, karena kondisi ini sudah menjadi bagian dari struktur aparat dengan pangkat rendah. Gaji sedikit, tekanan mental berat, dan jika salah langkah, bisa saja disuruh berangkat perang atau dipindah tugas. Jadi, kesimpulannya, mungkin beberapa dari kalian seperti Bapak saya—fisiknya kuat, tetapi lama kelamaan pasti akan berdampak pada mental kalian.


Oke, kita lanjut lagi ke jebakan uang. Jika sekarang kalian menyadari bahwa kalian terjebak dalam jebakan uang, maka kalian harus segera keluar. Caranya adalah dengan memperbaiki hubungan kalian dengan uang. Langkah pertama yang bisa kalian lakukan adalah menulis semua pengeluaran, mulai dari sewa kos atau biaya tempat tinggal, biaya transportasi, biaya makan, biaya kebutuhan, biaya hiburan, dan seterusnya. Intinya, kalian harus memahami diri kalian, pengeluaran, dan konsumsi kalian.

Setelah kalian paham, langkah selanjutnya adalah budgeting atau menentukan target berapa banyak uang yang seharusnya keluar dalam sebulan. Jika kalian sudah menentukan anggaran, secara sistematis kalian harus bisa memilah mana yang tidak penting dan menghapusnya dari pengeluaran kalian. Uang sisanya bisa kalian tabung atau investasikan.

Jika kalian belum berani berbisnis, saya kasih proyeksi untuk 7 tahun ke depan. Pada tahun 2030, puncak bonus demografi Indonesia akan tercapai. Namun, ekonomi akan semakin sulit. Kalau kalian tidak bisa menjaga uang atau aset dari sekarang, kalian akan kesulitan pada 2030. Untuk detailnya, saya akan bahas nanti, tapi hari ini kita fokus belajar tentang uang dulu.

Lanjut ya, saran tambahan dari saya: sebelum kalian memutuskan untuk berinvestasi atau membuka bisnis dengan sisa uang kalian, kalian harus menyiapkan dana darurat. Hal ini untuk berjaga-jaga jika kalian di-PHK, sakit, atau menghadapi berbagai alasan darurat lainnya. Jadi, kalian harus bisa menekan gaya hidup kalian. Bahasa Jawanya sak madyo atau secukupnya saja. Jangan sampai kalian hidup dengan gaya hidup yang jauh di atas gaji kalian. Kalau kalian seperti itu, dalam satu tahun saja saya yakin kalian akan terlilit utang. 

Tapi jangan salah paham, saya tidak bilang membeli mobil mahal, perhiasan, iPhone 15, dan barang-barang mahal lainnya itu tidak berguna. Yang saya maksud adalah membeli barang sesuai dengan standar gaji kalian. Atau kalau memang membeli barang yang lebih mahal, pastikan kalian sudah menabung dulu dari lama, bukan dari gaji bulan itu. Jadi, kembali lagi ke kalian, apakah kalian lebih memilih terlihat punya banyak duit atau benar-benar punya banyak duit?

Oke, sekarang kita masuk ke pembahasan tentang bagaimana meningkatkan pendapatan. Satu nasihat yang Bapak saya berikan dan masih saya ingat sampai sekarang adalah, "Mencari uang 2 juta per bulan itu gampang, tapi mencari uang setiap hari 50.000 itu susah." Sekilas, memang terdengar tidak masuk akal, karena jika kita mencari uang 50.000 setiap hari, dalam sebulan kita hanya akan mendapatkan satu setengah juta. Namun, kemampuan untuk mencari uang setiap hari itu, lama kelamaan, akan berkembang dan berevolusi. Dari yang awalnya hanya 50.000, meningkat menjadi 60.000, 70.000, dan seterusnya.

Dari pengalaman saya dengan uang, menekan pengeluaran itu jauh lebih mudah daripada meningkatkan pendapatan. Namun, karena ini sudah terkait dengan kehidupan saya, saya akan bahas sedikit tentang jalur-jalur untuk meningkatkan pendapatan, meskipun tidak terlalu mendetail. Gambaran umumnya, saya akan bahas lebih dalam di artikel yang lain.


Pertama, jalur bisnis. Ini adalah jalur paling cepat untuk mendapatkan uang. Caranya sederhana: breakdown masalah di dalam pasar, cari solusi untuk masalah itu, lalu jual solusi tersebut ke masyarakat luas. Itu adalah jalur bisnis, namun tidak semua orang mau dan mampu untuk mengambil jalur ini.

Kedua, jalur investasi. Caranya juga sederhana. Setiap hari kamu belajar tentang investasi, setiap bulan kamu menyisihkan uang untuk dimasukkan ke instrumen investasi yang sudah kamu analisis. Jika untung, kamu bisa tarik keuntunganmu; jika rugi, kamu bisa manajemen risiko. Cara ini mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja.

Oke, jadi kesimpulannya:
1. Kamu harus mengerti dirimu dan pola konsumsi untuk menekan pengeluaranmu.
2. Kamu harus menentukan anggaran atau budgeting.
3. Uang sisamu bisa digunakan untuk mencari jalur lain dalam menambah pemasukan.

Simpelnya sih seperti itu, tapi dalam prakteknya, kembali lagi ke kalian, apakah kalian bisa melakukannya atau tidak.

Sekian artikel Kang Santri hari ini. Jangan lupa, jika ada pertanyaan, silakan komentar di kolom komentar. Kang Santri akan sangat senang berdiskusi dengan hal-hal yang bermanfaat dalm hidupmu😊

Posting Komentar

0 Komentar