SANTRI GAPTEK - Pesantren yang tumbuh dan berkembang di masyarakat telah berkontribusi penting dalam mewujudkan Islam yang rahmatan lil’alamin dengan melahirkan insan beriman yang berkarakter, cinta tanah air dan berkemajuan, serta terbukti memiliki peran nyata baik dalam pergerakan dan perjuangan meraih kemerdekaan maupun pembangunan nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai sub kultur, Pesantren memiliki kekhasan yang telah mengakar, hidup dan berkembang di tengah masyarakat dalam menjalankan fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat.
Demikian halnya Pendidikan Keagamaan Islam yang di dalamnya terdapat Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ) dan Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT). Kedua Lembaga Pendidikan Keagamaan Islam tersebut juga didirikan dan diselenggaran oleh masyarakat dan telah berkontribusi nyata dalam pembentukan karakter dan akhlak mulia, mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan pengetahuan ilmu agama Islam dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingat peran dan kontribusi Pesantren dan Pendidikan Keagamaan Islam tersebut, pemerintah melalui Kementerian Agama memberikan fasilitasi yang diwujudkan dalam Program Bantuan Halaqah pada Pesantren dan Pendidikan Keagamaan Islam Tahun Anggaran 2023. Program bantuan ini diberikan dalam rangka penguatan moderasi beragama, pembangunan karakter, dan/atau peningkatan kualitas sumber daya manusia pada Pesantren dan Pendidikkan Keagamaan Islam.
Bantuan halaqah ini digelontorkan oleh Kementerian Agama dan bekerjasama dengan PBNU sebagai penyedia narasumber yang memang ahli dibidangnya. Pondok Pesantren Nur Muhammad adalah salah satu Pesantren di kabupaten Magelang yang mengelar acara tersebut. dengan dua narasumber 1 dari Pengurus PBNU dan narasumber II dari Pengurus PWNU Jawa Tengah.
Berikut ini Kang Santri tulis profil dari kedua narasumber tersebut yakni:
Berikut adalah biodata beliau:
Nama : KH. Muhammad Darul Azka
Alamat : Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman DIY.
Riwayat Pendidikan:
1. SDN Tuguran 1991
2. SMPN 15 Yogyakarta 1994
3. MAN 1 Yogyakarta 1997
4. MHM Lirboyo 2003
5. Purna Mustahiq MHM Lirboyo 2011
Pengalaman Organisasi:
1. Ketua LBM PP. Lirboyo 2006
2. LBM PWNU DIY 2015 - Sekarang
3. Staf Ahli LBM PBNU 2015 - 2020
4. Penggurus LBM PBNU 2021 - 2026
2. KH. Hudallah Ridwan Na'im (Gus Huda)
Berikut adalah profil beliau:
Nama : Hudallah Ridwan Na'im
Alamat : Graha Harmoni Blok G6, Padangsari, Banyumanik, Semarang
Riwayat Pendidikan:
1. Madrasah Ibtidaiyah Al-Hadi Girikusumo, Mranggen Demak
2. Pesantren Girikesumo, Girikusumo Mranggen Demak
3. Fakultas Syari'ah Islamiyah LIPIA Jakarta
4. D.Ushul Fiqh Muqoron pasca sarjana Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir
Pengalaman Organisasi:
1. Ketua LBM Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama PCINU Mesir
2. Wakil Katib pengurus cabang Istimewa Nahdlatul Ulama PCINU Mesir
3. LBM PWNU Jawa Tengah
4. Wakil Katib PWNU Jawa Tengah
5. Komisi Fatwa MUI Jawa Tengah
6. FKUB Jawa Tengah
7. Ketua bidang agama dan kebudayaan Forum Kordinasi Pencegahan Terorisme Jawa Tengah
8. Sekretaris PWNU Jawa Tengah
Kegiatan halaqah fiqih peradaban II kali ini mengusung tema “Pengalaman Islam Indonesia Dalam Membangun Peradaban Nusantara”
Dalam kesempatan itu, KH. Hudalloh Ridwan Na’im dalam forumnya mengatakan bahwa, Islam yang berkembang di Indonesia yang dibawa oleh para ulama adalah Islam yang sudah berpengalaman dan melalui sebuah proses yang sangat panjang.
“Masuknya Islam dari arab ke Indonesia tidak langsung Arab ke Indonesia, tetapi melalui maha guru dengan proses yang sangat panjang. Ketika Islam datang ke Indonesia pada saat itu warga negara Indonesia sudah berpengalaman. Begitu juga dengan Islam itu sendiri, sudah berpengalaman. Seperti itulah wajah Islam Indonesia yang bisa moderat hingga sekarang,” demikian kata Gus Huda panggilan akrabnya.
Baca Juga:
Beliau Gus Huda juga menyampaikan, bahwa penguat tradisi yang ada di bumi nusantara adalah pada waktu masuknya Islam ke Indonesia kala itu, masyarakat Indonesia sudah lebih berpengalaman lebih dari masyarakat Arab. Dengan demikian maka menjadi hal yang wajar jika masuknya Islam ke Indonesia menjadi Islam yang dinamis.
“Sebuah peradaban adalah wujud kongkret dari sebuah konsep rahmah. Maka dari itu, biar bagaimanapun juga warga Nahdhiyin harus andil dalam membangun sebuah peradaban. Tema halaqah kali ini sangat tepat untuk mengingat kembali pada sebuah proses peradaban Islam di Indonesia”, ujarnya.
Sementara itu, KH. Muhammad Darul Azka dalam paparannya beliau menerangkan bahwa metode dakwah zaman dahulu dan sekarang sudah berbeda. Para ulama dahulu sangat minim memberikan keterangan atau penjelasan dan hanya mencontohkan Jika dahulu para ulama minim menjelaskan tetapi lebih banyak memberi contoh.
“sedangkan ulama sekarang harus bisa menjelaskan, karena generasi zaman sekarang ini sangat kritis-kritis. Karena di zaman sekarang seorang ulama harus mampu menjawab persoalan-persoalan umat, itulah ciri seorang ulama yang solutif”.
Atas dasar itulah maka, Kyai-kyai dan para ulama NU sekarang ini, tidak cukup hanya menyampaiakan risalah dakwahnya hanya dengan satu arah, akan tetapi harus melalui dua arah yakni dengan sebuah dialog. “Hal ini supaya ada komunikasi timbal balik antara guru dan murid, narasumber dan audiens, sehingga permasalahan yang ada dapat dipahami secara tuntas,” kata beliau.
Adapun Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Magelang, KH. Ahmad Izzudin dalam membuka acara tersebut menyampaikan sembari guyon ala NU “Ada kalanya kita harus mengisi otak, bukan hanya mengisi kotak saja”.
Kegiatan Halaqah Fiqih Peradaban II yang digelar di Pondok Presantren Nur Muhammad Grabag, Magelang ini, dihadiri oleh 75 peserta. Yang terdiri para pengurus NU, dan jajaran fatayat, muslimat. Dihadiri oleh narasumber I, Pengurus LBM PBNU yakni, KH. Muhammad Darul Azka (Gus Azka), narasumber II, Sekretaris PWNU Jawa Tengah yaitu KH. Hudalloh Ridwan Na’im (Gus Huda), Ketua PCNU Kabupaten Magelang KH. Ahmad Izzudin (Gus Din), selain itu hadir pula Kepala Kemenag Kabupaten Magelang, H. Muhammad Miftah, S. Ag, MH, Kasi PD Pontren Kabupaten Magelang, H. Taufik Husen Ansori, SH, M. Si.
Ringkasan Kegiatan Halaqah Fiqih Peradaban II
Pesantren / Pelaksana : Pondok Pesantren Nur Muhammad
Waktu Pelaksanaan : Kamis, 21 Desember 2023
Narasumber 1. K.H. Hudalloh Ridwan Na'im (Gus Huda)
2. K.H. Muhammad Darul Azka (Gus Azka)
Moderator 1. K.H. Ahmad Majidun
2. Kyai. Agus Mansur
Jumlah Peserta 75 Orang
Pokok Pikiran Halaqah
Islam yang dibawa ke nusantara sudah bersentuhan (berpengalaman) dengan peradaban – peradaban di luar peradaban bangsa asal lahirnya islam (arab), seperti Yaman, Mesir, Maroko, Cina, India, dsb.
Masyarakat Nusantara saat itu juga sudah berperadaban sehingga mudah berdialog dan melahirkan peradaban baru (pengalaman baru) Dengan demikian peradaban islam di nusantara ini melahirkan akulturasi budaya, seperti contoh bentuk peradaban dalam bidang pendidikan. sistem memaknai arab pegon dengan bahasa utawi iki-iku merupakan hasil kearifan lokal dari para ulama nusantara, juga kitab-kitab pegon yang memuat tentang pertanian.
Dalalam kedaulatan negara para ulama nusantara juga tidak memilih sistem khilafah. Ini semua adalah karifan lokal para ulama Nusantara dalam mengimplementasikan teks-teks fiqih pada kondisi masyarakat Nusantara kala itu. Peran wajib merawat alam yang diperuntukan manusia dan generasi masa depan.
Pentingnya mendialogkan teks-teks fiqih dengan kearifan lokal agar supaya bisa menemukan solusi ataupun trobosan-trobosan untuk menjawab sebuah tantangan global yang akan dihadapi oleh generasi di masa depan.
Rekomendasi Halaqah
Halaqah Fiqih Peradaban adalah kegiatan yang sangat bermanfaat untuk memahami aspek hukum Islam dalam konteks perkembangan zaman. Berikut adalah beberapa rekomendasi terkait kegiatan Halaqah Fiqih Peradaban:
1. Pemilihan Materi yang Relevan
Pastikan materi yang diajarkan relevan dengan konteks zaman dan kebutuhan masyarakat saat ini. Hal ini akan membantu peserta untuk memahami aplikasi fiqih dalam kehidupan sehari-hari.
2. Inklusivitas
Pastikan Halaqah Fiqih Peradaban terbuka untuk semua kalangan, tidak terbatas pada golongan tertentu. Kegiatan ini sebaiknya menyediakan ruang bagi partisipasi dan pertanyaan dari berbagai lapisan masyarakat.
3. Penggunaan Metode yang Interaktif
Gunakan metode pembelajaran yang interaktif seperti diskusi kelompok, studi kasus, atau presentasi untuk menjaga keterlibatan peserta dan memudahkan pemahaman mereka.
4. Penekanan pada Etika dan Akhlak
Fiqih tidak hanya tentang hukum-hukum formal, tetapi juga melibatkan aspek etika dan akhlak. Pastikan untuk menekankan pentingnya etika dan akhlak dalam memahami dan mengimplementasikan fiqih dalam kehidupan sehari-hari.
5. Penggunaan Sumber yang Diversifikasi
Selain kitab-kitab klasik fiqih, manfaatkan juga sumber-sumber kontemporer dan pendekatan multidisiplin untuk mengaitkan fiqih dengan aspek-aspek kehidupan modern.
6. Implementasi Praktis
Dorong peserta untuk menerapkan pemahaman fiqih yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. Diskusikan bagaimana prinsip-prinsip fiqih dapat diimplementasikan dalam berbagai konteks kehidupan.
7. Pembentukan Pemikiran Kritis
Dorong peserta untuk memiliki pemikiran kritis terhadap fiqih peradaban, mempertanyakan dan mendiskusikan berbagai sudut pandang untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.
8. Pertemuan Rutin dan Konsistensi
Tetapkan jadwal pertemuan yang rutin dan konsisten agar kegiatan Halaqah Fiqih Peradaban dapat berlangsung dengan baik dan peserta dapat mengikuti perkembangan materi secara teratur.
9. Batsu Masail & Ngopi Bareng
Sangat penting adanya forum batsu masail untuk mendiskusikan teks-teks fiqih peradaban sehingga pembahasan tentang materi atau sebuah problem bisa lebih luas dan lebih komplek. Ngopi bareng atau ngobrol dengan santai yang didalamnya ada sebuah diskusi yang membahas suatau problem yang muncul di era ini yang berkaitan dengan teks-teks fiqih.
10. Evaluasi dan Umpan Balik
Tidak kalah penting juga yaitu evaluasi berkala terhadap kegiatan halaqah ini, dan umpan balik dari peserta untuk terus meningkatkan kualitas dan relevansi kegiatan Halaqah Fiqih Peradaban di masa depan.
Dengan mengikuti rekomendasi ini, diharapkan kegiatan Halaqah Fiqih Peradaban dapat menjadi forum yang bermanfaat dan memberikan pemahaman yang lebih luas tentang aplikasi fiqih dalam peradaban kontemporer.
Tujuan Kegiatan
Tujuan dari keegiatan ini adalah:
1. Mendiskusikan dan merumuskan fikih Peradaban dalam konteks negara bangsa yang meliputi status kewarganegaraan, kedudukan minoritas, konsep al-thughur (batas yang harus dijaga setiap saat melalui diskusi, batsul masail, baik dilaksanakan mingguan bulanan ataupun tahunan, serta kaidah pokok dalam peradaban internasional.
2. Meningkatkan iklim ilmiah di kalangan pesantren guna merespons isu-isu kontemporer sebagai upaya untuk berkontribusi terhadap pengembangan khazanah keilmuan pesantren.
Output Kegiatan
Tersedianya naskah akademik tentang Fikih Peradaban dalam konteks negara bangsa yang dapat menjadi rujukan bagi umat Islam di Indonesia, pada khususnya, dan umat Islam dunia, untuk membangun tatanan dunia baru yang berkeadilan dan damai.
Sumber: Kyai Hasyim (Notulensi Panitia Halaqah Fiqih Peradaban II Pondok Pesantren Nur Muhammad Grabag Magelang)
0 Komentar