Mengenal Syariat, Thoriqoh, Hakikat, dan Makrifat

tasawuf, syariat, tarekat, hakikat, makrifat,

SANTRI GAPTEK - Istilah syariat, thariqoh, hakikat, dan makrifat berasal dari konsep-konsep spiritual dalam tradisi Islam, terutama dalam tasawuf atau sufisme. Namun, masing-masing istilah ini memiliki akar yang terkait langsung dengan sumber-sumber utama Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadis, meskipun pengembangan sistematis dari istilah-istilah ini baru muncul di kemudian hari, dalam perkembangan tasawuf.

Secara keseluruhan, konsep-konsep ini mulai dipahami dan digunakan dalam urutan sistematis dalam tradisi tasawuf pada sekitar abad ke-10 hingga ke-12 M, terutama setelah para sufi besar seperti Al-Junaid al-Baghdadi, Al-Ghozali, dan Ibn Arabi memperkenalkan dan menyusun karya-karya yang menjelaskan tahapan-tahapan spiritual.

Pada artikel kali ini Kang Santri akan membahas mengenai apa itu syariat, thoriqoh, hakikat, dan makrifat langsung saja kita bahas bagian yang pertama yaitu:

1. Syariat

Syariat adalah aturan atau hukum lahiriah Islam yang mengatur aspek-aspek ibadah, muamalah, dan kehidupan sehari-hari. Syariat sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman dalam menjalankan Islam sesuai Al-Qur’an dan Hadis. Kata ini berasal dari kata "syara’a" yang berarti (jalan yang lurus) atau (hukum yang ditetapkan).

Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah dalam seluruh kehidupan ini, maka oleh sebagian penganut Islam syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan di dunia ini. Dengan demikian maka bisa dikatakan juga bahwa syariat itu adalah segala aturan yang sudah ditentukan oleh Allah subhanahu wa ta'ala atau aturan yang sudah dilegalisasi oleh Rasulullah SAW yang berkenaan dengan aqidah yaitu, masalah hukum baik halal, haram, wajib ataupun sunah.

Dalam sebuah syariat, aturan yang ada sudah baku dan tidak dapat dirubah, tidak seperti ilmu fiqih yang dapat dirubah dengan melihat alasan serta situasi dan kondisinya. Dalam kitab Kifayatul Attqiya dikatakan bahwa “Sesungguhnya jalan untuk menuju kepada Allah itu adalah syariat, thoriqoh, dan hakikat” dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa jalan yang bisa menghantarkan kepada Allah itu ada tiga.

Pertama syariat dalam istilah fiqih syariat adalah menjalankan perintah dan meninggalkan sesuatau yang dilarang. Dengan kata lain syariat adalah menjalankan agama sang pencipta, serta menegakkan perintah dan larangan yang sudah jelas. Kedua thoriqoh, yaitu mencari tau perilaku-perilaku Rosulullah dan mengamalkannya. Dengan demikian seorang muslim akan lebih berhati-hati dan menjaga sikap seperti wara’ serta menjalani kondisi sulit seperti riyadhoh dengan tetap fokus beribadah. Ketiga hakikat, adapun hakikat adalah hasil dari thoriqoh itu sendiri. Yaitu sampainya seorang salik pada tujuan, dan penyaksian terhadap cahaya pencerahan dengan jelas.

2. Thariqoh

Thoriqoh berarti "jalan" atau "metode", dalam konteks spiritual thoriqoh mengacu pada metode atau jalan khusus yang diikuti seorang murid dalam mendekatkan diri kepada Allah. Istilah ini mulai menjadi lebih terkenal sekitar pada abad ke-9 hingga ke-10 M, seiring munculnya thoriqoh para sufi. Thoriqoh adalah sikap bersandar pada hal-hal yang berat seperti wira’i, yakni meninggalkan perkara yang subhat.

Salah satunya adalah meninggalkan perkara yang yang tidak bermasalah karena khawatir terjerumus pada sesuatu yang bermasalah. Seperti perkataan sahabat Umar ra. Kami meninggalkan 9 sepersepuluh sesuatu yang halal karena khawatir terjerumus dalam perkara yang haram. Dengan demikian thoriqoh ini merupakan tingkatan orang-orang muttaqin. 

3. Hakikat

Hakikat merujuk pada "kebenaran" atau "esensi," yaitu pemahaman mendalam tentang makna di balik hukum atau syariat Islam. Konsep ini lebih populer di kalangan sufi yang menggali makna batin dari ajaran Islam. Penggunaan istilah ini berkembang dalam karya-karya sufi kuno.

Adapun yang dimaksud dengan (penyaksian terhadap cahaya pencerahan dengan jelas) pada keterangan diatas adalah melihat cahaya pencerahan dengan tersingkap secara sempurna. Sebagian ulama mengatakan bahwa hakikat itu adalah memahami seluruh subtansi dari segala sesuatu, seperti menyaksikan nama, sifat, dan dzat, sekaligus memahami rahasia yang terkandung didalam al-Qur’an dari segi kebolehan dan larangan, serta memahami pengetahuan yang bersifat ghoib yang tidak bisa dipelajari dari seorang guru.

4. Makrifat

berarti "pengetahuan mendalam" atau "pengenalan kepada Allah" yang diperoleh melalui pengalaman spiritual langsung. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan tingkat pengenalan langsung kepada Tuhan yang hanya bisa dicapai melalui pembersihan jiwa. Istilah makrifat berasal dari kata Al makrifah yang berarti mengetahui atau mengenal sesuatu. 

Dalam tasawuf istilah makrifat berarti mengenal Allah. Seperti dikatan “Man arofa nafsahu faqod arofa robbahu” barang siapa mengenal dirinya maka sungguh ia telah mengenal tuhannya, yakni ketika seorang sufi sudah mencapai maqam dalam tasawuf.

Beberapa ulama tasawuf merumuskan istilah makrifat. Ada salah satu pendapat ulama tasawuf yang mengatakan makrifat adalah ketetapan hati dalam mempercayai hadirnya wujud yang wajib adanya yaitu Allah. As-Syeikh Ihsan Muhammad Dahlan al-qadiri mengemukakan pendapat Abu Thalib as samiri yang mengatakan bahwa makrifat adalah hadirnya kebenaran Allah pada sufi dalam keadaan hatinya selalu terhubung dengan nur ilahi.

Imam al-qusyairi mengemukakan pendapat Abdurrahman bin Muhammad bin Abdillah yang mengatakan makrifat membuat ketenangan dalam hati sebagaimana ilmu pengetahuan membuat ketenangan dalam akal pikiran barangsiapa yang meningkat makrifatnya maka meningkat pula ketenangan hatinya.

Demikian pembahasan dari Kang Santri terkait pengertian syariat, thoriqoh, hakikat, dan makrifat semoga bermanfaat.


Posting Komentar

0 Komentar